nIiiIH........!!! tRiMa TiiNjuUuUu Gw

Entri Populer

Benarkah Kaum Syi'ah Adalah Wahabi Sejati?

Ada ajaran dari para imam ma’shum yang justru dipegang erat oleh kaum wahabi dan ditinggalkan oleh kaum Syi’ah. Bukan hanya meninggalkan, bahkan Syi’ah selalu mengolok-olok dan mencaci mereka. Apa ajaran itu?
Masalah Fiqih Isbal

Dari hari ke hari, kita makin sering melihat dengan mata kita, orang-orang yang mengenakan celana dan sarung di atas mata kaki. Orang awam menyebutnya dengan sebutan cingkrang. Sementara sebagian lagi mentertawakan mereka, saat bertemu kawan yang mengenakan celana cingkrang, mereka bertanya, ada banjir ya? Ditanya tentang banjir karena celananya dinaikkan ke atas mata kaki. Biasanya orang bercelana cingkrang karena takut terkena air saat banjir. Ketika ditanya tentang alasan mereka, mereka menjawab bahwa Nabi-lah yang menyuruh mereka. Jadi bukan karena banjir atau apa. Nabi Muhammad menyuruh mereka melakukan itu, menyuruh mereka memendekkan pakaian ke atas mata kaki. Karena ingin mengikuti perintah Nabi, mereka rela dicaci maki. Memang, melakukan perintah Nabi membuat banyak orang sinis dan benci. Ini berlaku dari awal zaman Nabi diutus, hingga saat ini, dan sampai akhir nanti.
Kawan-kawan Syi’ah memiliki pandangan yang berbeda. Bagi mereka, pakaian yang tidak menjulur ke bawah mata kaki adalah salah satu ciri kaum wahabi. Kaum wahabi yang membenci Nabi dan keluarganya. Karena mereka tidak mengikuti madzhab Syi’ah, mereka dianggap membenci Nabi dan keluarganya.
Maka kita lihat Syi’ah tidak ada yang memendekkan pakaiannya hingga ke atas mata kaki. Mereka tidak ingin meniru kaum wahabi. Mereka malu dianggap kaum wahabi, karena yang terbiasa melakukan ajaran Nabi itu adalah kaum wahabi.
Ternyata apa yang menjadi ajaran kaum wahabi itu tercantum dalam kitab Syi’ah sendiri. Para imam Syi’ah yang ma’shum memerintahkan pengikutnya untuk memendekkan pakaian ke atas mata kaki.
Dari Abdullah bin Sinan, dari Abu Abdillah ‘Alaihis salam, mengenai firman Allah : “Dan pakaianmu maka bersihkanlah”, Abu Abdillah berkata: “Pendekkanlah”. (Al-Kafi, jilid. 5, bab. memendekkan pakaian).
Memendekkan celana atau sarung adalah perbuatan membersihkan. Maksudnya bukan membersihkan fisik pakaian agar tidak kotor atau nyaman dipandang. Tetapi yang dimaksud disini adalah membersihkan pakaian dari noda kesombongan.
Dari Ma’la bin Khunais, dari Abu Abdillah berkata: “Ali Alaihis salam ada di tempat ini, dia mendatangi Bani Diwan, lalu membeli tiga buah baju seharga 1 dinar, sebuah baju sepanjang di atas maka kaki, dan sarung sampai setengah betis, dan sebuah sorban yang mencapai dada di depannya, sementara belakangnya sampai bawah punggung, lalu mengangkat tangannya ke langit, memuji Allah atas baju pemberian Allah, kemudian dia masuk ke dalam rumahnya dan mengatakan, inilah pakaian yang harus dikenakan oleh kaum muslimin, Abu Abdillah berkata: Tetapi mereka tidak bisa mengenakannya hari ini, jika kami hari ini mengenakan pakaian itu, orang akan mengatakan : Dia orang gila, dia adalah seorang yang riya’, Allah berfirman : “Dan pakaianmu, bersihkanlah”, Abu Abdullah berkata : pendekkanlah bajumu, jangan engkau julurkan, jika imam Mahdi muncul, inilah pakaian yang akan dikenakannya. (Al-Kafi, jilid. 5, bab. memendekkan pakaian).
Imam Mahdi sejati adalah imam Mahdi yang mengikuti perintah Nabi. Maka tidak heran jika imam Mahdi mengenakan pakaian seperti yang diperintahkan oleh  Nabi SAW.
Dari Abdullah bin Hilal berkata: “Abu Abdillah menyuruh saya untuk membeli sarung, aku berkata: Saya hanya memakai sarung yang longgar, potonglah dan jahit ujungnya, lalu berkata: Sesungguhnya ayahku berkata: Apa yang lebih panjang dari dua mata kaki maka tempatnya di neraka. (Al-Kafi, jilid. 5, bab. memendekkan pakaian).
Membersihkan pakaian dengan memendekkan kain sehingga tidak melebihi mata kaki, dan membersihkan pakaian juga berarti membersihkan diri (jiwa) kita sendiri, agar tidak terkena adzab neraka di hari akhir nanti.
Dari Abul Hasan mengatakan: “Allah berfirman pada Nabi-Nya: ‘Dan pakaianmu, bersihkanlah’, sedangkan pakaian Nabi adalah sudah bersih, maksudnya ialah diperintahkan untuk memendekkan.” (Al-Kafi, jilid. 5, bab, memendekkan pakaian).
Dari Abu Bashir dari Abu Ja’far ‘Alaihis salam, bahwa Rasulullah SAW berwasiat kepada seorang laki-laki dari Bani Tamim: “Hindarilah  isbal (kain yang melebihi mata kaki) dalam sarung dan gamis, karena isbal adalah termasuk kesombongan, sedangkan Allah tidak menyukai kesombongan.”
(Al-Kafi, jilid. 5, bab memendekkan pakaian).
Sering orang berkilah, bahwa yang dilarang adalah menjulurkan pakaian karena kesombongan. Padahal, perbuatan menjulurkan pakaian itu sendiri adalah bagian dari kesombongan. Maka kita lihat ulama Syi’ah di Iran, ustadz Syi’ah yang belajar pada mereka, serta orang awam Syi’ah, seluruhnya menjulurkan pakaian ke bawah mata kaki. Mereka menghiasi diri mereka dengan kesombongan. Bagaimana kesombongan yang ada dalam hati bisa nampak? Jelas nampak, karena apa yang ada di hati akan nampak terlihat orang dari anggota badan. Sedangkan para imam ma’shum jelas memberi tanda kesombongan dengan pakaian yang menjulur ke bawah mata kaki.
Dalam kitab Biharul Anwar, jilid. 2, hal. 143, terdapat sebuah hadits dari Nabi:
“Tidak akan masuk surga, orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan walau sebiji sawi. “
Di akhir hadits tersebut, Nabi menggariskan definisi sombong:
“Sombong adalah menolak kebenaran dan menganggap rendah/remeh orang lain.”
Dan dalam Biharul Anwar itu ditambahkan penjelasan tentang sombong yaitu: “Enggan mengikuti kebenaran.”
Maka Kepada teman-teman Syi’ah, pendekkanlah celana kalian, jangan sampai kain celana kalian menjulur sampai bawah mata kaki, karena itu adalah bagian dari kesombongan, bagai menyemi bibit kesombongan dalam hati. Jika bibit yang disemi sudah tumbuh, maka ia akan berakar di dada. Akibatnya, kita akan menolak kebenaran. Semua ini diawali dari celana yang menjulur ke bawah mata kaki.
Dari Abu Hamzah: Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib memandang kepada seorang pemuda yang memanjangkan sarungnya, lalu ia berkata: Wahai anakku, pendekkanlah sarungmu, karena itu membuat awet pakaianmu, dan membuat hatimu lebih bertaqwa.” (Al-Kafi, jilid. 5, bab memendekkan pakaian).
Jauh sebelumnya, Umar bin Khattab telah mengatakan ucapan yang sama, saat menjelang wafatnya, ada seorang pemuda yang menjenguknya, lalu Umar melihat pakaian pemuda itu menjulur ke bawah mata kaki, lalu Umar berkata: “Wahai anak saudaraku, angkatlah  pakaianmu, sesungguhnya itu lebih bersih untuk bajumu, dan lebih bertakwa pada Rabb-Mu.” (Hadits Riwayat Bukhari).
Imam Ali mengucapkan hal yang sama itu, jauh setelah Umar bin Khattab wafat. Pakaian yang menjulur adalah bagaian dari sombong, sebaliknya, pakaian yang terangkat melambangkan ketakwaan. Ini bukti bahwa pakaian menunjukkan kondisi hati seseorang. Seolah para imam memberitahu pada kita, bahwa isi hati seseorang bisa diketahui dari pakaiannya.
Dari Salamah, dia berkata: “Saya bersama Abu Ja’far, lalu Abu Abdillah masuk menemuinya, lalu Abu Ja’far berkata: ‘Wahai anakku, mengapa kamu tidak membersihkan pakaianmu?’ Lalu dia pergi, kami mengira bahwa bajunya terkena kotoran, lalu dia kembali dan berkata: ‘Memang sudah bersih seperti ini’, lalu kami berkata: ‘Semoga kami dijadikan Allah sebagai tebusanmu, ada apa dengan bajunya?’ Abu Ja’far menjawab: ‘Gamisnya adalah panjang, dan saya memerintahkan untuk memendekkannya,’ Allah berfirman: ‘Dan bajumu maka bersihkanlah…’”
Dari Muhammad bin Musllim berkata: “Abu Abdullah memandang ke arah seseorang yang mengenakan gamis sampai mengenai tanah, lalu berkata: ‘Ini bukanlah baju yang bersih.’”
Dari Sama’ah bin Mahran, dari Abu Abdillah ‘Alaihis salam berkata tentang orang yang memanjangkan gamisnya: “Saya tidak senang dia menyerupai wanita.” (Al-Kafi, jilid. 5, bab memendekkan pakaian).
Dari Abdullah bin Hilal, dari Abu Abdillah berkata: “Ayahku berkata: ‘Setiap yang melewati dua mata kaki maka tempatnya di neraka.’” (Wasa’il Syi’ah, jilid. 5, hal. 25-49).
Maka kawan-kawan Syi’ah yang telah menganggap para imam adalah ma’shum, sudah semestinya meniru kaum wahabi yang memendekkan celana di atas mata kaki. Tetapi yang melaksanakan sabda para imam adalah justru kaum wahabi. Kita ini dilanda bingung, jangan-jangan kaum wahabi adalah pengikut Ahlul Bait sejati… [hakekat/syiahindonesia.com].

0 komentar: